Tanggal 7 di bulan Juni tahun 2014.
Hari ini adalah hari kita. KOALA beserta para ranger mengikuti penmas yang diadakan oleh Embun Pelangi.
Hari ini adalah hari kita. KOALA beserta para ranger mengikuti penmas yang diadakan oleh Embun Pelangi.
Sesuai
rencana yang telah disepakati, kami berkumpul
di kampus pukul 06:00
WIB. Karena adanya hal-hal yang tidak terduga akhirnya kami pun sampai di kampus
pukul 06:15 WIB. Setelah menanti cukup
lama karena ada beberapa
yang belum sarapan, kami pun
memutuskan untuk menunda keberangkatan kami hingga pukul 06:30.
Akhirnya, semua anggota tim Penmas
Sindoro bisa berkumpul pukul 07:00, dan
dilaksanakan briefing sebelum keberangkatan dimulai.
Setelah rangkuman doa dengan amin yang mengakhiri, kedua
belas motor berangkat ke Wonosobo pukul 07:45. Motor kami mengular melewati jalan terjal
dan landai, belok kanan dan kiri sementara samping kanan kirinya adalah jurang
yang curam.
Karena jiwa kesetiakawanan
kami yang begitu tinggi,
saat anggota kami ada yang
tertinggal, kami pun berhenti agar bisa sampai di tujuan bersama-sama. Begitu
seterusnya sampai kami tiba di ujung kota Wonosobo. Di daerah Kledung, yang katanya pom
bensin terakhir, ada sepasang orang pengendara sepeda motor yang terkena
musibah, kami sempat khawatir
dengan keadaan mereka dan motor yaang dikendarainya.
Hiks hiks.
Kami
rombongan yang sudah terpisahkan jarak yang cukup jauh, menanti mereka di pom bensin
Kledung. Sembari menunggu, kami pun
rehat sejenak melepas lelah yang mulai melanda tubuh kami. Dengan menyantap
logistik bawaan kami, alhamdulillah tubuh mulai segar kembali.
Tidak
lebih dari satu jam kami menunggu, akhirnya rombongan motor yang lain tiba di
pom bensin tempat kami berhenti. Sambil menunggu mereka istirahat, kami yang
sudah lebih dulu menunggu dan banyak istirahat mulai merapikan barang bawaan
kami. Setelah lima belas menit berlalu, kami memutuskan melanjutkan perjalanan
kami ke barat.
Tujuan
pertama kami sebelum mendaki ialah rumah Pak Ogeh (Sugih
Sedulur) yang tak lain tak bukan adalah teman baru kami yang sudah kami anggap
sebagai keluarga sendiri. Pukul 11:10, kami tiba
di kediaman Pak Ogeh. Dengan sambutan yang hangat oleh Pak Ogeh dan keluarga, kamipun merasa senang
dan sangat dihargai karena dijamu dengan sangat
istimewa.
Mengapa bisa kami sebut
istimewa? Karena selain dijamu makanan dan minuman, kami pun terhibur dengan
adanya si kecil Ibam yang lucu, gendut, dan imut-imut “tapi nggak kaya marmut lho”. Mbak
Lu’ul yang sok kenal dan dekat sama si Ibam, langsung main gendong aja, padahal
si Ibam ingat atau kenal namanya saja nggak. Tapi dengan segala jurus dan
rayuan jam tangan, akhirnya si Ibam tergoda dan mau digendong olehnya. Hahahaha. Anak kecil itu emang lucunya kebangetan, ya.
Karena
rombongan kami yang banyak,
tidak semua dari kami bisa memasuki rumah Pak Ogeh, akhirnya beberapa dari kami
yaitu Mas Yogi, Mas
Ardi, Mas Budi, Mbak Tari,
Mbak Hanum, dan Aizatul memisahkan diri untuk menyamankan diri di rumah teman
mereka, daerahnya saya lupa. Akhirnya kami ber delapan belas yang masih berada
di rumah Pak Ogeh kembali menyamankan diri dengan jamuan yang diberikan Pak
Ogeh dan keluarga.
Beberapa
menit kemudian, Harris salah satu teman Pak Ogeh menyambangi rumah Pak Ogeh
untuk bergabung bersama kami melakukan pendakian massal ini. Tak lama waktu
berselang, datang lagi Owi yang tak lain adalah adik kandung Pak Ogeh yang
ternyata tanpa sepengetahuan kami juga turut membantu kami melakukan pendakian.
Pukul
13:00 beberapa dari kami memisahkan pergi mencari makan
siang dan sekaligus sholat dzuhur. Ada yang sholat di
masjid alun-alun dan ada juga yang sholat di masjid Jami’.(?) Rombongan yang
sholat di masjid dekat alun-alun menyempatkan diri untuk menikmati kawasan
alun-alun Wonosobo
sembari mencari menu makan siang yang pas untuk perut dalam kondisi lapar waktu
itu. Ketika kami sedang mencari tempat makan, kami bertemu rombongan kami yang lain yaitu
Agus, Isfajar, Nizam, dan Huda. Kami bergabung dengan mereka, dan membeli makan
siang bersama-sama.
Setelah
puas menyantap makanan, kami pun kembali ke rumah Pak Ogeh. Sampai di sana,
kami kembali menunggu teman Pak Ogeh yang katanya tergerak hati untuk mengikuti
pendakian ini. Karena cukup lama menunggu dan memasuki waktu ashar, kami pun
memutuskan untuk sholat ashar terlebih dahulu.
Setelah
sholat, kami persiapan dan berangkat karena teman Pak Ogeh yang memiliki nama
sama dengan bapaknya pandhawa alias Pandu sudah tiba di tempat Pak Ogeh. Sementara
di tempat berbeda, rombongan yang berenam tadi sudah menunggu kami cukup lama
di depan sebuah indomaret.
Kami
berangkat dari rumah Pak Ogeh sekitar pukul 16:20. Sampai di basecamp Embun
Pelangi jam 17:00. Sampai di sana registrasi, mengecek perlengkapan, bertemu
teman baru, dan melakukan ini itu. Memasuki waktu magrib, rombongan kami
memutuskan untuk melkasanakan ibadah sholat terlebih dahulu. Setelah selesai
sholat, kami persiapan berangkat, dan sudah memutuskan berjalan bersama-sama.
Namun, pihak panitia menghadang kami, dan meminta kami untuk menunggu sampai
tiba waktu sholat isya. Apa boleh buat, kami menunggu sampai waktu isya tiba.
Akhirnya,
dimulailah perjalanan kami dari basecamp pukul 19:45. Kami mulai berjalan dalam
satu rombongan beriringan. Awal perjalanan kami disambut dengan jalan berbatu
yang panjang, kurang lebih 4 kilometer. Setiap beberapa ratus meter berjalan,
kami memutuskan untuk istirahat mengingat kondisi dan anggota kami yang
kebanyakan adalah perempuan. Kami berjalan bersama-sama awalnya, namun karena
rombongan belakang banyak istirahat, maka terpisah oleh rombongan lain.
Kami
terus berjalan dan berjalan menyusuri jalan. Pada sebuah titik, kami bertemu
dengan satu rombongan, kami istirahat bersama-sama. Di titik itu, Mbak Ana
muntah dan perlu sedikit pijatan untuk melegakan. Setelah kondisinya membaik,
kami memutuskan melanjutkan perjalanan panjang kami.
Perjalanan
kami malam itu sungguh indah, di kejauhan terdengar lantunan ayat suci
Al-Qur’an, ketika menatap ke atas di temani langit berbintang nan indah, di
sebelah kiri terlihat hamparan lampu yang menyala indah di tempat yang jauh. Oh
sungguh indahnya perjalanan kami waktu itu.
Kami
berjalan, dan berjalan. Setiap langkah kaki kami, tak hentinya kami berdo’a
dalam hati agar perjalanan ini menjadi perjalanan terpenting dalam kehidupan
kami. Kami terus mengobarkan kata-kata penyemangat dalam diri kami untuk bisa
mengalahkan diri kami sendiri.
Sampai
pos pertama, sudah ada Mas Budi, Mas Ardi, Mas Yogi, Mbak Hanum, mbak Tari, Mbak
Desi (teman mas-mas dan mbak-mbak yang ikut susulan), Aizatul, Harris, Pandu, Pak Ogeh
dan Tutik. Kemudian menyusul seorang lagi yang sendirian jalan yaitu Lu’ul.
Menurut dia sih, dia berjalan sendirian karena nggak bisa mengikuti langkah Harris dan Tutik, sementara
menunggu yang lain di belakang juga cukup jauh karena mereka istirahat dulu.
Bagai makan buah simalakama, akhirnya dengan mengumpulkan keberanian, dia
sampai di pos pertama sendiri.
Istirahat
sejenak, akhirnya rombongan yang sudah sampai di pos pertama melanjutkan
perjalanan mendaki. Meninggalkan Pandu dan Harris yang masih menunggu
kedatangan rombongan yang lain. Kami bersembilan bersama Pak Ogeh jadi
bersepuluh melanjutkan perjalanan. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh kami
beristirahat sejenak sambil menunggu rombongan lain datang. Ternyata cukup lama
kami menunggu rombongan lain belum datang dan akhirnya kami bersembilan bak
pahlawan meminta izin ke Pak Ogeh untuk melanjutkan perjalanan dan menunggu
yang lain di atas. Pak Ogeh memberi izin, kamipun senang.
Kami
terus berjalan dan berjalan. Ketika melihat tempat yang datar, kami selalu
ingin beristirahat. Dan ketika terus berjalan selalu seperti itu.
Perjalanan
pos pertama menuju
pos dua cukup panjang bahkan sangat panjang. Ketika panitia lewat, dia bilang
kalau pos dua bisa kami tempuh setelah satu jam berjalan. Namun pada
kenyataannya, kami berjalan satu jam, nampak saja tidak. Timbul rasa lelah
namun juga ingin sekali segera sampai di pos dua, dengan segala kekuatan yang
tersisa kami menggerakkan kaki kami untuk segera sampai di pos dua.
Ketika
tinggal 5 menit saja kami sampai di pos dua, kami merasa sangat lelah, dan
kebetulan mendapatkan tempat yang sangat nyaman untuk beristirahat. Panitia
meminta kami untuk segera pindah di pos dua, tapi kami meminta waktu sedikit
lagi untuk beristirahat. Akhirnya kami sampai di pos dua, dan langsung
memposisikan diri seenak mungkin agar bisa tidur sembari menunggu rombongan
yang lain.
Entah
kapan rombongan yang lain tiba, kami sudah dibangunkan Pak Ogeh dan kawan-kawan
pukul 02:30 dinihari. Huaaaa,,hawa dingin langsung masuk ke dalam sendi-sendi dan tulang kami.
Gigi-gigi bergemurutuk karena sangat dingin.
Brrrrrrrrr.
Kami
segera bangun dan membereskan alat tidur kami. Setelah semua siap, kami
berjalan menuju pos tiga. Perjalanan menuju pos tiga dipimpin oleh Harris, disusul Tutik,
Lu’ul, Fitia, dan Rakhma. Perjalanan ke atas terbilang cukup berat, di
samping medan yang baru kondisi kami juga kurang begitu fit, karena dari
Semarang langsung melakukan pendakian tanpa sebelumnya tidur terlebih dahulu.
Beberapa ratus meter berjalan
di medan yang terjal, salah satu dari teman kami yaitu Lu’ul mengalami tragedi.
Ketika berjalan di semacam tangga dari tanah dia menggunakan tumpuan kaki
kanannya, namun karena kondisi masih mengantuk dia kehilangan keseimbangan dan
menggunakan kaki kiri, namun tempat pijakan di kaki kirinya ternyata tidak
datar ada semacam lubang sehingga dia oleng ke kiri dan bergulung menuju
jurang. Alhamdulillah, dengan perlindungan Allah SWT dia masih bisa
terselamatkan. Dengan bantuan Tutik dan Rakhma dia bisa berjalan kembali ke
atas. Kami sangat bersyukur.
Perjalanan
kami menuju pos tiga cukup berat, semakin kita ke atas, maka semakin terjal
perjalanan kami. Kami terpisah cukup jauh dengan rombongan yang lain, dengan
begitu kami memutuskan untuk beristirahat cukup lama di sebuah batu besar dekat
dataran. Tiba-tiba Pak Ogeh dengan tergopoh-gopoh membawa beberapa orang
meminta Harris
untuk mengecek seberapa jauh pos 3 dan memintanya untuk menjemput Owi yang
sudah tidak kuat di bawah yang masih cukup jauh. Waktu itu sudah terdengar
adzan subuh, maka sesegera mungkin kami
naik lagi didampingi Pandu ke atas. Cukup lama sampai matahari hampir terlihat
kami yang melaksanakan sholat sesegera mungkin sebelum kehabisan waktu.
Setelah
itu kami menunggu rombongan yang lain dengan memuaskan mengambil gambar
pemandangan yang indah di sana. Kurang lebih 30 menit menunggu, Harris dan Owi naik ke atas
dengan membawa rombongan dan memastikan kami yang sudah di atas baik-baik saja
dan langsung turun lagi ke bawah.
Pukul
06:00 kami melakukan diskusi dengan teman-teman, apakah ingin melanjutkan
perjalanan sampai puncak atau hanya sampai di pos 3 dengan pertimbangan waktu
yang cukup lama. Dengan diskusi yang cepat dan mudah, akhirnya diputuskan naik
sampai puncak, dan memilih mengesampingkan waktu karena pikir kami nyesel
banget sudah sampai di pos 3 nggak sampai puncak. Kami pun semangat naik lagi yang
katanya membutuhkan waktu 2 jam ke puncak. Oke, kita buktikan, 2 jam atau lebih
kita sampai di sana. Hahaha
Setiap
perjalanan kami ke atas, di saat itu pula perjalanan rombongan lain turun ke
bawah. Dan setiap kami berjalanan beriringan dengan rombongan lain yang turun
sementara kita naik, selalu ditanya kapan berangkat dari basecamp? Kloter berapa? Dan yang
nyesek adalah ketika ditanya sama rombongan lain yang satu kloter dengan Koala. Inilah
percakapannya :
“Rombongan
dari mana?”
“Semarang,” jawab kami.
“Kloter
berapa?”
“
Kloter 5.”
“Lha kok baru sampai? Kita berangkatnya
bareng, tapi kami sampai puncak jam 01:00”
Jleb
pake banget.
Dengan
langkah kaki kami semakin berat, perjalanan ke puncak dipimpin oleh Tutik
Linasiyati, disusul Lu’ul, Fitia, Ana Baena,
Rakhma, Inayatul, dan lain-lain. Semakin banyak langkah kami, semakin banyak
yang mulai membutuhkan banyak istirahat. Tutik masih semangat memimpin, disusul
Lu’ul. Ketika hampir sampai, Lu’ul membiarkan Tutik naik sendirian dan memilih
menunggu rombongan yang lain. Akhirnya sampai puncak pertama dari Koala adalah Tutik (cieee), disusul Mas Yogi, Aizatul,
Inayatul, Fitia, dan Lu’ul. Sesampainya di puncak dengan pemberian semangat
dari orang-orang yang turun, kami bersyukur sekali. Alhamdulillah.....
Lapar,
dahaga langsung berebut jadi satu dalam tubuh kami. Kami pun mencari peralatan,
namun peralatan memasak kami masih di bawa teman kami lain yang belum sampai.
Untung dan untunglah kami, di sana ada Anggarda teman kami yang baik hati
meminjamkan pancinya
untuk kami memasak air. Akhirnya perut pun terisi makanan setelah kosong
semenjak kemarin malam.
#BigThanksToMendem
Sambil
menunggu datangnya
teman kami lainnya, kami diajak panitia yang masih ada di atas melihat kawah.
Keren sekali. Subhanallah...
Setelah
beberapa ambil gambar foto,
terlihat di sudut sana rombongan kami yang lain datang..Hore...mereka telah
datang. Ternyata teman-teman kami yang menyusul banyak juga, diantaranya ada
Mbak Ana yang sampai puncak langsung tepar di bawah pohon kecil. Walaupun
kondisi puncak sangat panas, Mbak Ana masih bisa tidur dalm kondisi panas
sekalipun. Mungkin dia sangat lelah. Ada Willy, Candra, Isfajar, Huda, Agus,
Mukhlison yang berbaik hati menyemangati Kurnia hingga sampai di puncak, dan
teman-teman luar biasa lainnya.
Kami
senang, dengan datangnya mereka tandanya kami tidak usah berlama-lama lagi
menikmati puncak yang panas. Benar memang apa yang dikatakan mas-mas panitia,
bahwa dari pos 3 ke puncak membutuhkan 2 jam, tapi itu benar untuk Tutik bukan
bagi kami. Karena dia sampai di puncak tepat pukul 09:00. Bukan begitu Mbak
Tutik? :D
Sebelum
kami benar-benar turun, kami menyempatkan berfoto satu rombongan untuk oleh-oleh
yang nggak sampai puncak yaitu Mbak Galuh, mbak Tari, Mbak Desi, Pepi, dan
Nizam. Kami
berfoto mengambil 2 atau 3 gambar setelah itu kami benar-benar turun.
Perjalanan naik ke gunung dengan turun ke gunung, keduanya memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Yang penting kita senantiasa memperhatikan tata
caranya, InsyaAllah dilindungiNYA. Kami berjalan terus, dan ketika lelah
melanda kami beristirahat. Namun, sangat disayangkan ada satu hal yang kamu
kurang perhatikan, yaitu jumlah air. Ketika kami naik, kami terlalu banyak
meminum air sehingga persediaan air kami menipis. Akhirnya sesuai kesepakatan
kami harus benar-benar berhemat dengan air. Sampai di pos ketiga, kami
menjumpai Pak Ogeh dan kawan-kawan yang nggak bisa naik. Ketika kami sampai di
sana, mereka sedang memasak makanan lezat, yang sangat disayangkan belum bisa
dirasakan oleh semua lidah kami.
Kami
turun.
Selama
perjalanan turun, satu masalah besar yang melanda kami, yaitu air. Air menjadi
kendala perjalanan turun kami. Setiap beratus meter atau kilometer kami berjalan,
setiap kami dahaga kami sangat ingin minum air, sementara air sedikitpun kami
tak punya. Akhirnya dengan janji panitia bahwa di pos dua diusahakan ada air,
semangat kami kembali membara. Kami terus
berjalan dan berharap akan benar-benar ada air di pos dua.
Pos
2. Tiba di pos dua,
kami lega. Namun, airnya belum ada. Kami sempat kecewa, karena panitia
mengusahakan akan ada air di pos 2, tapi kenyataan tak sebanding dengan
harapan. Sambil menunggu adzan ashar berkumandang kami kembali rehat. Tidak
terlalu lama, dengan berbekal tekad bulat dan nekat kami (Lu’ul, Tutik, Fitia,
Nizam, dan lain-lain) segera bangkit melakukan perjalanan kembali untuk sampai
di pos pertama yang dipandu oleh Harris
dan Pandu. Dan membayangkan hal konyol bahwa di pos pertama banyak pedagang
yang jualan es teh sebagai suplemen penyemangat kami untuk terus bergerak dan
berjalan turun. Ternyata perjalanan pos 1 sampai pos 2 sangat lama. Kami sudah
berjalan sangat lama, tapi ternyata pos pertama belum muncul juga. Sementara
jempol-jempol kaki kami sudah terasa perih dan nyeri karena sebagai tumpuan
kami waktu turun. Walaupun jarak Harris
dan Pandu sebagai pemimpin turun sudah jauh, kami masih tetap ingin istirahat
dulu. Kami segera berdiri untuk melanjutkan perjalanan ketika istirahat kami
sudah cukup.
Ketika
kami terus berjalan, kami melihat Harris
dan Pandu yang masih setia
menunggu kami sambil rehat juga. Ketika rombongan istirahat, Lu’ul terus
berjalan sambil menunggu mereka yang berhenti di tempat teduh. Kemudian kembali
berjalan lagi menyusul Pak Ogeh dengan Rakhma, Owi dan Mbak Ana. Jalan terus.
Dan berjalan turun terus.
Setelah
cukup jauh jarak kami, Pandu menyusul dengan membawakan sebuah botol besar
berisi air, entah air apa warnanya agak kekuningan bercampur coklat. Namun
rasanya jangan ditanya, bagai minuman dari surga, alhamdulillah. :D Kami segera
berjalan lagi, dan
berjalan lagi.
Pos
1. Tiba di pos pertama
kami tentunya menyempatkan istirahat terlebih dahulu sambil menunggu
teman-teman yang belum sampai. Akhirnya rombongan Tutik dan kawan-kawan sampai
di pos pertama, menunggu mereka rehat sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan
kembali.
Lu’ul,
Tutik, Fitia, Candra, Huda, dan lain-lain melanjutkan perjalanan turun.
Sementara Pandu, Owi, Mas Ardi, Mas Budi, Mas Yogi dan lain-lain masih menunggu
rombongan lain yang belum turun. Sampai di bawah, kami segera menuju ke
basecamp pelangi embun dimana harus melewati jalan berbatu selama 4 kilometer. Sampai di ujung jalan
Lu’ul salah satu anggota koala mengalami tragedi keseleo, sebenarnya nggak
apa-apa, tapi si Huda terlanjur ngomong sama mas-mas PMI sehingga ia harus
diboncengin mas-mas PMI bareng sama mbak-mbak yang kena keram. Alhamdulillah
juga sih buat si Lu’ul. :D
Sampai
di basecamp Lu’ul bertemu dengan Pak Ogeh dan Rakhma yang ternyata sudah sampai
basecamp duluan. Kemudian selang beberapa menit disusul dengan Candra dengan
Huda. Kemudian kami bersama melepas lelah sambil menunggu teman-teman rombongan
lain.
Rombongan
lain datang agak lama karena menunggu jemputan truk yang dikirimkan oleh
panitia. Isya berkumandang rombongan kloter pertama datang dan segera
merebahkan badan mereka yang lelah. Selang beberapa menit rombongan kloter yang
kedua tiba. Alhamdulillah sudah berkumpul semua tanpa berkurang satu apapun.
Dengan wajah yang terlihat sungguh lelah,mereka segera istirahat dan mencari
air sebagai
pelepas dahaga. Walaupun dengan segala keminiman pengetahuan dan keamanan yang
kami miliki, alhamdulillah kami Koala PGSD Unnes telah menginjakkan kaki kami
ke gunung Sindoro yang begitu kokoh dan indah. Ma’af kepada Pak Ogeh dan kawan-kawan
karena kami sering membuat mereka susah L.
Semoga perjalanan ini menjadikan kami
semakin dewasa dan berpikir keamanan ketika naik gunung.
Salam penuh kehangatan,
Koala,
Muda,
Berbakti, Tangguh.
-LK-
Komentar
Posting Komentar