Langsung ke konten utama

3150mdpl Kita Bercerita.

Tanggal 7 di bulan Juni tahun 2014.
Hari ini adalah hari kita. KOALA beserta para ranger mengikuti penmas yang diadakan oleh Embun Pelangi.


Sesuai rencana yang telah disepakati, kami berkumpul di kampus pukul 06:00 WIB. Karena adanya hal-hal yang tidak terduga akhirnya kami pun sampai di kampus pukul 06:15 WIB. Setelah menanti cukup lama karena ada beberapa yang belum sarapan, kami pun memutuskan untuk menunda keberangkatan kami hingga pukul 06:30. Akhirnya, semua anggota tim Penmas Sindoro bisa berkumpul pukul 07:00, dan dilaksanakan briefing sebelum keberangkatan dimulai.

Setelah rangkuman doa dengan amin yang mengakhiri, kedua belas motor berangkat ke Wonosobo pukul 07:45. Motor kami mengular melewati jalan terjal dan landai, belok kanan dan kiri sementara samping kanan kirinya adalah jurang yang curam.
Karena jiwa kesetiakawanan kami yang begitu tinggi, saat anggota kami ada yang tertinggal, kami pun berhenti agar bisa sampai di tujuan bersama-sama. Begitu seterusnya sampai kami tiba di ujung kota Wonosobo. Di daerah Kledung, yang katanya pom bensin terakhir, ada sepasang orang pengendara sepeda motor yang terkena musibah, kami sempat khawatir dengan keadaan mereka dan motor yaang dikendarainya.
Hiks hiks.
Kami rombongan yang sudah terpisahkan jarak yang cukup jauh, menanti mereka di pom bensin Kledung. Sembari menunggu, kami  pun rehat sejenak melepas lelah yang mulai melanda tubuh kami. Dengan menyantap logistik bawaan kami, alhamdulillah tubuh mulai segar kembali.
Tidak lebih dari satu jam kami menunggu, akhirnya rombongan motor yang lain tiba di pom bensin tempat kami berhenti. Sambil menunggu mereka istirahat, kami yang sudah lebih dulu menunggu dan banyak istirahat mulai merapikan barang bawaan kami. Setelah lima belas menit berlalu, kami memutuskan melanjutkan perjalanan kami ke barat.
Tujuan pertama kami sebelum mendaki ialah rumah Pak Ogeh (Sugih Sedulur) yang tak lain tak bukan adalah teman baru kami yang sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri. Pukul 11:10, kami tiba di kediaman Pak Ogeh. Dengan sambutan yang hangat oleh Pak Ogeh dan keluarga, kamipun merasa senang dan sangat dihargai karena dijamu dengan sangat istimewa.

Mengapa bisa kami sebut istimewa? Karena selain dijamu makanan dan minuman, kami pun terhibur dengan adanya si kecil Ibam yang lucu, gendut, dan imut-imut “tapi nggak kaya marmut lho”.  Mbak Lu’ul yang sok kenal dan dekat sama si Ibam, langsung main gendong aja, padahal si Ibam ingat atau kenal namanya saja nggak. Tapi dengan segala jurus dan rayuan jam tangan, akhirnya si Ibam tergoda dan mau digendong olehnya. Hahahaha. Anak kecil itu emang lucunya kebangetan, ya.

Karena rombongan kami yang banyak, tidak semua dari kami bisa memasuki rumah Pak Ogeh, akhirnya beberapa dari kami yaitu Mas Yogi, Mas Ardi, Mas Budi, Mbak Tari, Mbak Hanum, dan Aizatul memisahkan diri untuk menyamankan diri di rumah teman mereka, daerahnya saya lupa. Akhirnya kami ber delapan belas yang masih berada di rumah Pak Ogeh kembali menyamankan diri dengan jamuan yang diberikan Pak Ogeh dan keluarga.
Beberapa menit kemudian, Harris salah satu teman Pak Ogeh menyambangi rumah Pak Ogeh untuk bergabung bersama kami melakukan pendakian massal ini. Tak lama waktu berselang, datang lagi Owi yang tak lain adalah adik kandung Pak Ogeh yang ternyata tanpa sepengetahuan kami juga turut membantu kami melakukan pendakian.
Pukul 13:00 beberapa dari kami memisahkan pergi mencari makan siang dan sekaligus sholat dzuhur. Ada yang sholat di masjid alun-alun dan ada juga yang sholat di masjid Jami’.(?) Rombongan yang sholat di masjid dekat alun-alun menyempatkan diri untuk menikmati kawasan alun-alun Wonosobo sembari mencari menu makan siang yang pas untuk perut dalam kondisi lapar waktu itu. Ketika kami sedang mencari tempat makan, kami bertemu rombongan kami yang lain yaitu Agus, Isfajar, Nizam, dan Huda. Kami bergabung dengan mereka, dan membeli makan siang bersama-sama.
Setelah puas menyantap makanan, kami pun kembali ke rumah Pak Ogeh. Sampai di sana, kami kembali menunggu teman Pak Ogeh yang katanya tergerak hati untuk mengikuti pendakian ini. Karena cukup lama menunggu dan memasuki waktu ashar, kami pun memutuskan untuk sholat ashar terlebih dahulu.
Setelah sholat, kami persiapan dan berangkat karena teman Pak Ogeh yang memiliki nama sama dengan bapaknya pandhawa alias Pandu sudah tiba di tempat Pak Ogeh. Sementara di tempat berbeda, rombongan yang berenam tadi sudah menunggu kami cukup lama di depan sebuah indomaret.
Kami berangkat dari rumah Pak Ogeh sekitar pukul 16:20. Sampai di basecamp Embun Pelangi jam 17:00. Sampai di sana registrasi, mengecek perlengkapan, bertemu teman baru, dan melakukan ini itu. Memasuki waktu magrib, rombongan kami memutuskan untuk melkasanakan ibadah sholat terlebih dahulu. Setelah selesai sholat, kami persiapan berangkat, dan sudah memutuskan berjalan bersama-sama. Namun, pihak panitia menghadang kami, dan meminta kami untuk menunggu sampai tiba waktu sholat isya. Apa boleh buat, kami menunggu sampai waktu isya tiba.
Akhirnya, dimulailah perjalanan kami dari basecamp pukul 19:45. Kami mulai berjalan dalam satu rombongan beriringan. Awal perjalanan kami disambut dengan jalan berbatu yang panjang, kurang lebih 4 kilometer. Setiap beberapa ratus meter berjalan, kami memutuskan untuk istirahat mengingat kondisi dan anggota kami yang kebanyakan adalah perempuan. Kami berjalan bersama-sama awalnya, namun karena rombongan belakang banyak istirahat, maka terpisah oleh rombongan lain.
Kami terus berjalan dan berjalan menyusuri jalan. Pada sebuah titik, kami bertemu dengan satu rombongan, kami istirahat bersama-sama. Di titik itu, Mbak Ana muntah dan perlu sedikit pijatan untuk melegakan. Setelah kondisinya membaik, kami memutuskan melanjutkan perjalanan panjang kami.
Perjalanan kami malam itu sungguh indah, di kejauhan terdengar lantunan ayat suci Al-Qur’an, ketika menatap ke atas di temani langit berbintang nan indah, di sebelah kiri terlihat hamparan lampu yang menyala indah di tempat yang jauh. Oh sungguh indahnya perjalanan kami waktu itu.
Kami berjalan, dan berjalan. Setiap langkah kaki kami, tak hentinya kami berdo’a dalam hati agar perjalanan ini menjadi perjalanan terpenting dalam kehidupan kami. Kami terus mengobarkan kata-kata penyemangat dalam diri kami untuk bisa mengalahkan diri kami sendiri.
Sampai pos pertama, sudah ada Mas Budi, Mas Ardi, Mas Yogi, Mbak Hanum, mbak Tari, Mbak Desi (teman mas-mas dan mbak-mbak yang ikut susulan), Aizatul, Harris, Pandu, Pak Ogeh dan Tutik. Kemudian menyusul seorang lagi yang sendirian jalan yaitu Lu’ul. Menurut dia sih, dia berjalan sendirian karena nggak bisa mengikuti langkah Harris dan Tutik, sementara menunggu yang lain di belakang juga cukup jauh karena mereka istirahat dulu. Bagai makan buah simalakama, akhirnya dengan mengumpulkan keberanian, dia sampai di pos pertama sendiri.
Istirahat sejenak, akhirnya rombongan yang sudah sampai di pos pertama melanjutkan perjalanan mendaki. Meninggalkan Pandu dan Harris yang masih menunggu kedatangan rombongan yang lain. Kami bersembilan bersama Pak Ogeh jadi bersepuluh melanjutkan perjalanan. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh kami beristirahat sejenak sambil menunggu rombongan lain datang. Ternyata cukup lama kami menunggu rombongan lain belum datang dan akhirnya kami bersembilan bak pahlawan meminta izin ke Pak Ogeh untuk melanjutkan perjalanan dan menunggu yang lain di atas. Pak Ogeh memberi izin, kamipun senang.
Kami terus berjalan dan berjalan. Ketika melihat tempat yang datar, kami selalu ingin beristirahat. Dan ketika terus berjalan selalu seperti itu.
Perjalanan pos pertama menuju pos dua cukup panjang bahkan sangat panjang. Ketika panitia lewat, dia bilang kalau pos dua bisa kami tempuh setelah satu jam berjalan. Namun pada kenyataannya, kami berjalan satu jam, nampak saja tidak. Timbul rasa lelah namun juga ingin sekali segera sampai di pos dua, dengan segala kekuatan yang tersisa kami menggerakkan kaki kami untuk segera sampai di pos dua.
Ketika tinggal 5 menit saja kami sampai di pos dua, kami merasa sangat lelah, dan kebetulan mendapatkan tempat yang sangat nyaman untuk beristirahat. Panitia meminta kami untuk segera pindah di pos dua, tapi kami meminta waktu sedikit lagi untuk beristirahat. Akhirnya kami sampai di pos dua, dan langsung memposisikan diri seenak mungkin agar bisa tidur sembari menunggu rombongan yang lain.
Entah kapan rombongan yang lain tiba, kami sudah dibangunkan Pak Ogeh dan kawan-kawan pukul 02:30 dinihari. Huaaaa,,hawa dingin langsung masuk ke dalam sendi-sendi dan tulang kami. Gigi-gigi bergemurutuk karena sangat dingin.
Brrrrrrrrr.
Kami segera bangun dan membereskan alat tidur kami. Setelah semua siap, kami berjalan menuju pos tiga. Perjalanan menuju pos tiga dipimpin oleh Harris, disusul Tutik, Lu’ul, Fitia, dan Rakhma. Perjalanan ke atas terbilang cukup berat, di samping medan yang baru kondisi kami juga kurang begitu fit, karena dari Semarang langsung melakukan pendakian tanpa sebelumnya tidur terlebih dahulu.
Beberapa ratus meter berjalan di medan yang terjal, salah satu dari teman kami yaitu Lu’ul mengalami tragedi. Ketika berjalan di semacam tangga dari tanah dia menggunakan tumpuan kaki kanannya, namun karena kondisi masih mengantuk dia kehilangan keseimbangan dan menggunakan kaki kiri, namun tempat pijakan di kaki kirinya ternyata tidak datar ada semacam lubang sehingga dia oleng ke kiri dan bergulung menuju jurang. Alhamdulillah, dengan perlindungan Allah SWT dia masih bisa terselamatkan. Dengan bantuan Tutik dan Rakhma dia bisa berjalan kembali ke atas. Kami sangat bersyukur.
Perjalanan kami menuju pos tiga cukup berat, semakin kita ke atas, maka semakin terjal perjalanan kami. Kami terpisah cukup jauh dengan rombongan yang lain, dengan begitu kami memutuskan untuk beristirahat cukup lama di sebuah batu besar dekat dataran. Tiba-tiba Pak Ogeh dengan tergopoh-gopoh membawa beberapa orang meminta Harris untuk mengecek seberapa jauh pos 3 dan memintanya untuk menjemput Owi yang sudah tidak kuat di bawah yang masih cukup jauh. Waktu itu sudah terdengar adzan subuh, maka sesegera mungkin  kami naik lagi didampingi Pandu ke atas. Cukup lama sampai matahari hampir terlihat kami yang melaksanakan sholat sesegera mungkin sebelum kehabisan waktu.

Setelah itu kami menunggu rombongan yang lain dengan memuaskan mengambil gambar pemandangan yang indah di sana. Kurang lebih 30 menit menunggu, Harris dan Owi naik ke atas dengan membawa rombongan dan memastikan kami yang sudah di atas baik-baik saja dan langsung turun lagi ke bawah.
Pukul 06:00 kami melakukan diskusi dengan teman-teman, apakah ingin melanjutkan perjalanan sampai puncak atau hanya sampai di pos 3 dengan pertimbangan waktu yang cukup lama. Dengan diskusi yang cepat dan mudah, akhirnya diputuskan naik sampai puncak, dan memilih mengesampingkan waktu karena pikir kami nyesel banget sudah sampai di pos 3 nggak sampai puncak. Kami pun semangat naik lagi yang katanya membutuhkan waktu 2 jam ke puncak. Oke, kita buktikan, 2 jam atau lebih kita sampai di sana. Hahaha
Setiap perjalanan kami ke atas, di saat itu pula perjalanan rombongan lain turun ke bawah. Dan setiap kami berjalanan beriringan dengan rombongan lain yang turun sementara kita naik, selalu ditanya kapan berangkat dari basecamp? Kloter berapa? Dan yang nyesek adalah ketika ditanya sama rombongan lain yang satu kloter dengan Koala. Inilah percakapannya :
“Rombongan dari mana?”
 “Semarang,” jawab kami.
“Kloter berapa?”
“ Kloter 5.”
 “Lha kok baru sampai? Kita berangkatnya bareng, tapi kami sampai puncak jam 01:00”
Jleb pake banget.
Dengan langkah kaki kami semakin berat, perjalanan ke puncak dipimpin oleh Tutik Linasiyati, disusul Lu’ul, Fitia, Ana Baena, Rakhma, Inayatul, dan lain-lain. Semakin banyak langkah kami, semakin banyak yang mulai membutuhkan banyak istirahat. Tutik masih semangat memimpin, disusul Lu’ul. Ketika hampir sampai, Lu’ul membiarkan Tutik naik sendirian dan memilih menunggu rombongan yang lain. Akhirnya sampai puncak pertama dari Koala adalah Tutik (cieee), disusul Mas Yogi, Aizatul, Inayatul, Fitia, dan Lu’ul. Sesampainya di puncak dengan pemberian semangat dari orang-orang yang turun, kami bersyukur sekali. Alhamdulillah.....

Lapar, dahaga langsung berebut jadi satu dalam tubuh kami. Kami pun mencari peralatan, namun peralatan memasak kami masih di bawa teman kami lain yang belum sampai. Untung dan untunglah kami, di sana ada Anggarda teman kami yang baik hati meminjamkan pancinya untuk kami memasak air. Akhirnya perut pun terisi makanan setelah kosong semenjak kemarin malam. #BigThanksToMendem
Sambil menunggu datangnya teman kami lainnya, kami diajak panitia yang masih ada di atas melihat kawah. Keren sekali. Subhanallah...
Setelah beberapa ambil gambar foto, terlihat di sudut sana rombongan kami yang lain datang..Hore...mereka telah datang. Ternyata teman-teman kami yang menyusul banyak juga, diantaranya ada Mbak Ana yang sampai puncak langsung tepar di bawah pohon kecil. Walaupun kondisi puncak sangat panas, Mbak Ana masih bisa tidur dalm kondisi panas sekalipun. Mungkin dia sangat lelah. Ada Willy, Candra, Isfajar, Huda, Agus, Mukhlison yang berbaik hati menyemangati Kurnia hingga sampai di puncak, dan teman-teman luar biasa lainnya.
Kami senang, dengan datangnya mereka tandanya kami tidak usah berlama-lama lagi menikmati puncak yang panas. Benar memang apa yang dikatakan mas-mas panitia, bahwa dari pos 3 ke puncak membutuhkan 2 jam, tapi itu benar untuk Tutik bukan bagi kami. Karena dia sampai di puncak tepat pukul 09:00. Bukan begitu Mbak Tutik? :D
Sebelum kami benar-benar turun, kami menyempatkan berfoto satu rombongan untuk oleh-oleh yang nggak sampai puncak yaitu Mbak Galuh, mbak Tari, Mbak Desi, Pepi, dan Nizam. Kami berfoto mengambil 2 atau 3 gambar setelah itu kami benar-benar turun. Perjalanan naik ke gunung dengan turun ke gunung, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang penting kita senantiasa memperhatikan tata caranya, InsyaAllah dilindungiNYA. Kami berjalan terus, dan ketika lelah melanda kami beristirahat. Namun, sangat disayangkan ada satu hal yang kamu kurang perhatikan, yaitu jumlah air. Ketika kami naik, kami terlalu banyak meminum air sehingga persediaan air kami menipis. Akhirnya sesuai kesepakatan kami harus benar-benar berhemat dengan air. Sampai di pos ketiga, kami menjumpai Pak Ogeh dan kawan-kawan yang nggak bisa naik. Ketika kami sampai di sana, mereka sedang memasak makanan lezat, yang sangat disayangkan belum bisa dirasakan oleh semua lidah kami.
Kami turun.
Selama perjalanan turun, satu masalah besar yang melanda kami, yaitu air. Air menjadi kendala perjalanan turun kami. Setiap beratus meter atau kilometer kami berjalan, setiap kami dahaga kami sangat ingin minum air, sementara air sedikitpun kami tak punya. Akhirnya dengan janji panitia bahwa di pos dua diusahakan ada air, semangat kami kembali membara. Kami terus berjalan dan berharap akan benar-benar ada air di pos dua.
Pos 2. Tiba di pos dua, kami lega. Namun, airnya belum ada. Kami sempat kecewa, karena panitia mengusahakan akan ada air di pos 2, tapi kenyataan tak sebanding dengan harapan. Sambil menunggu adzan ashar berkumandang kami kembali rehat. Tidak terlalu lama, dengan berbekal tekad bulat dan nekat kami (Lu’ul, Tutik, Fitia, Nizam, dan lain-lain) segera bangkit melakukan perjalanan kembali untuk sampai di pos pertama yang dipandu oleh Harris dan Pandu. Dan membayangkan hal konyol bahwa di pos pertama banyak pedagang yang jualan es teh sebagai suplemen penyemangat kami untuk terus bergerak dan berjalan turun. Ternyata perjalanan pos 1 sampai pos 2 sangat lama. Kami sudah berjalan sangat lama, tapi ternyata pos pertama belum muncul juga. Sementara jempol-jempol kaki kami sudah terasa perih dan nyeri karena sebagai tumpuan kami waktu turun. Walaupun jarak Harris dan Pandu sebagai pemimpin turun sudah jauh, kami masih tetap ingin istirahat dulu. Kami segera berdiri untuk melanjutkan perjalanan ketika istirahat kami sudah cukup.
Ketika kami terus berjalan, kami melihat Harris dan Pandu yang masih setia menunggu kami sambil rehat juga. Ketika rombongan istirahat, Lu’ul terus berjalan sambil menunggu mereka yang berhenti di tempat teduh. Kemudian kembali berjalan lagi menyusul Pak Ogeh dengan Rakhma, Owi dan Mbak Ana. Jalan terus. Dan berjalan turun terus.
Setelah cukup jauh jarak kami, Pandu menyusul dengan membawakan sebuah botol besar berisi air, entah air apa warnanya agak kekuningan bercampur coklat. Namun rasanya jangan ditanya, bagai minuman dari surga, alhamdulillah. :D Kami segera berjalan lagi, dan berjalan lagi.
Pos 1. Tiba di pos pertama kami tentunya menyempatkan istirahat terlebih dahulu sambil menunggu teman-teman yang belum sampai. Akhirnya rombongan Tutik dan kawan-kawan sampai di pos pertama, menunggu mereka rehat sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Lu’ul, Tutik, Fitia, Candra, Huda, dan lain-lain melanjutkan perjalanan turun. Sementara Pandu, Owi, Mas Ardi, Mas Budi, Mas Yogi dan lain-lain masih menunggu rombongan lain yang belum turun. Sampai di bawah, kami segera menuju ke basecamp pelangi embun dimana harus melewati jalan berbatu selama 4 kilometer. Sampai di ujung jalan Lu’ul salah satu anggota koala mengalami tragedi keseleo, sebenarnya nggak apa-apa, tapi si Huda terlanjur ngomong sama mas-mas PMI sehingga ia harus diboncengin mas-mas PMI bareng sama mbak-mbak yang kena keram. Alhamdulillah juga sih buat si Lu’ul. :D
Sampai di basecamp Lu’ul bertemu dengan Pak Ogeh dan Rakhma yang ternyata sudah sampai basecamp duluan. Kemudian selang beberapa menit disusul dengan Candra dengan Huda. Kemudian kami bersama melepas lelah sambil menunggu teman-teman rombongan lain.
Rombongan lain datang agak lama karena menunggu jemputan truk yang dikirimkan oleh panitia. Isya berkumandang rombongan kloter pertama datang dan segera merebahkan badan mereka yang lelah. Selang beberapa menit rombongan kloter yang kedua tiba. Alhamdulillah sudah berkumpul semua tanpa berkurang satu apapun. Dengan wajah yang terlihat sungguh lelah,mereka segera istirahat dan mencari air sebagai pelepas dahaga. Walaupun dengan segala keminiman pengetahuan dan keamanan yang kami miliki, alhamdulillah kami Koala PGSD Unnes telah menginjakkan kaki kami ke gunung Sindoro yang begitu kokoh dan indah. Ma’af kepada Pak Ogeh dan kawan-kawan karena kami sering membuat mereka susah L.  Semoga perjalanan ini menjadikan kami semakin dewasa dan berpikir keamanan ketika naik gunung.
 Salam penuh kehangatan, 
Koala,
Muda, Berbakti, Tangguh.



-LK-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5000 Mangrove untuk Indonesia

Tidak seperti 2 hari lalu yang hujan sepanjang hari, sepertinya matahari berpihak pada hari ke 23 di bulan Maret ini. Ditemani matahari pagi teman-teman KOALA berkumpul di kampus PGSD untuk bersiap mengikuti salah satu kegiatan memperingati World Water Day yang diselenggarakan oleh Ikatan HIMA Biologi Indonesia yang penyelenggaraannya dilaksanakan di kampus IAIN WaliSongo Semarang Jawa Tengah. Teman-teman KOALA tidak dapat hadir lengkap karena beberapa anggotanya ada yang mengikuti Monev Bidik Misi dan ada keperluan pribadi yang tidak dapat ditinggalkan. Berjumlah 7 orang, yakni Titis, Dita (temennya Titis), Tutik, Retno, Intan, Fitia dan Agus kami bersiap menuju ke kampus 1 IAIN Wali Songo. Sesampainya di sana panitia menyambut kami dengan hangat, kami dipersilakan duduk dan diminta untuk sedikit bersabar menunggu kendaraan yang akan membawa kami ke tempat penanaman datang. Setelah 30 menit menunggu akhirnya kendaraan datang, dan membawa kami menuju Pantai Mangunharjo, Tugu, Sem...

Prau, dan Ribuan Cerita Kita di Sana

Prau, Ladang Cerita di Bulan ke-4 tahun 2014. Wonosobo, 18-20 April 2014. Semarang, 18 April 2014 . Kegiatan yang sudah jauh-jauh hari direncanakan akhirnya dapat terlaksana juga. Untuk 2 hari ke depan, Kita, KOALA akan mendaki menaklukkan Gunung Prau, salah satu gunung yang terletak di Wonosobo, Jawa Tengah. Pukul 07.00 kami diharuskan untuk sudah sampai di kampus dan berkumpul. Yah namanya juga jam karet, sana-sini, lengkeet~. Kami pun berangkat akhirnya pukul 08.00. Hahaha sudah biasaaah.

ATM 2017 (Ayo Tanam Mangrove) Koala PGSD UNNES

ATM (AYO TANAM MANGROVE)  2017 ….”1 Aksi Untuk Bumi Pertiwi” Salam Lestari..!! Minggu, 5 Oktobe r 2017 This is the last agenda Divisi KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam). Agenda tahunan @koalapgsd_unnes, kegiatan ini termasuk agenda terbesar karena menggalang banyak peserta. Kegiatan Tanam Mangrove bertempat di Ds. Mangunharjo Mangkang. Dimulai dengan berkumpulnya peserta di kampus PGSD UNNES Karangayar Ngaliyan Semarang. Yang waww, dari ATM tahun ini ada peserta yang datang dari UNAKI menggunakan taxi. Taklupa saudara jauh PGSD dari Rumpala PGSD unnes Tegal, celeg Adventure komunitas dari Salatiga, Wonosobo, Argapala dari Pekalongan, serta para Pecinta Alam se UNNES, serta dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Setelah peserta sudah berangkat semua, pemberangkatan menggunakan angkutan umum dan sepeda motor. Perjalanan -+ 15 menit menuju lokasi berkumpul. Yaitu di rumah pak Sururi (Koordinator Petani Mangrove Ds. Mangunharjo). Mulai kegiatan dengan Flashmob.. Flas...